Cara Menghadapi Kritik dengan Sikap Positif
Siapa sih yang suka dikritik? Rasanya hampir semua orang pasti pernah ngerasa nggak nyaman, sebel, bahkan sakit hati saat dikritik. Entah itu dari atasan, guru, teman, keluarga, atau bahkan dari orang yang nggak kita kenal di media sosial. Tapi kenyataannya, kritik itu nggak bisa kita hindari. Selama kita hidup, berkarya, bergaul, pasti ada aja yang ngasih komentar—baik itu positif atau negatif. Nah, yang jadi kunci bukan apakah kita dikritik atau nggak, tapi gimana cara kita menanggapi kritik itu.
Kritik bisa jadi cambuk buat tumbuh, atau malah bikin kita jatuh. Tergantung bagaimana kita melihat dan menghadapinya. Di sinilah pentingnya punya sikap positif saat menerima kritik. Gampang? Nggak selalu. Tapi bukan berarti nggak bisa.
1. Napas dulu, jangan langsung reaktif
Ini langkah paling pertama dan paling penting. Waktu denger kritik, apalagi yang terasa nyelekit, jangan langsung baper atau emosi. Tarik napas dulu, kasih jeda. Banyak dari kita refleks defensif, langsung ngerasa diserang. Padahal, bisa jadi maksudnya baik, cuma cara penyampaiannya aja yang kurang enak.
Respon pertama yang tenang bisa mencegah kita dari reaksi berlebihan. Daripada langsung membalas dengan kalimat pedas, mending tahan dulu. Tenangkan diri. Percaya deh, dengan pikiran yang lebih adem, kamu bisa menilai kritik itu dengan lebih jernih.
2. Bedakan antara kritik membangun dan nyinyiran
Nggak semua kritik itu layak ditelan mentah-mentah. Kadang ada juga yang cuma nyinyir, pengin ngejatuhin, atau sekadar iseng. Di sinilah pentingnya filter. Kritik membangun biasanya datang dengan niat membantu, walaupun penyampaiannya nggak selalu sempurna. Isinya biasanya jelas, ada saran, dan fokus pada hal yang bisa diperbaiki.
Sementara nyinyiran biasanya cuma komentar negatif tanpa solusi. Isinya bisa personal, menjatuhkan, atau bahkan menghina. Nah, tugas kita adalah memilah: mana kritik yang bisa bikin kita tumbuh, dan mana yang cukup di-mute aja.
3. Dengarkan dengan niat belajar, bukan untuk membela diri
Kalau kita terlalu sibuk membela diri, kita bakal kehilangan kesempatan buat belajar. Kritik itu ibarat cermin. Kadang bikin nggak nyaman karena nunjukin sisi kita yang selama ini kita abaikan. Tapi kalau kita mau jujur dan buka hati, justru dari situlah kita bisa berkembang.
Misalnya kamu dapet kritik soal cara kamu komunikasi di kantor yang katanya kurang jelas. Alih-alih langsung bilang “Loh, gue udah ngomong jelas kok!”, coba dengarkan dulu. Mungkin ada bagian yang memang kurang tersampaikan. Bisa jadi itu masukan penting buat kamu jadi lebih baik ke depannya.
4. Ucapkan terima kasih (meskipun dalam hati berat)
Yup, ini rada susah sih, tapi penting. Mengucapkan terima kasih atas kritik menunjukkan bahwa kamu orang yang terbuka dan dewasa. Ini bukan berarti kamu setuju 100% sama kritiknya, tapi kamu menghargai keberanian dan perhatian orang itu buat menyampaikan pendapatnya.
Bahkan kalau kamu ngerasa kritiknya agak “nylekit”, kamu tetap bisa bilang, “Makasih ya, udah ngasih masukan.” Itu akan bikin hubungan tetap sehat dan menunjukkan bahwa kamu punya karakter kuat.
5. Evaluasi dengan jujur
Setelah kamu tenang dan sudah bisa melihat kritik itu tanpa emosi, waktunya evaluasi. Tanyakan ke diri sendiri: “Apa benar yang dikritik ini terjadi?” atau “Bagian mana dari kritik ini yang bisa aku ambil sebagai pelajaran?” Jangan asal ditolak, tapi jangan juga langsung diterima mentah-mentah.
Misalnya kamu dikritik karena sering telat. Mungkin kamu ngerasa, “Ah, cuma telat lima menit doang.” Tapi kalau itu udah sering, bisa jadi persepsi orang soal kamu jadi kurang profesional. Dari situ, kamu bisa evaluasi kebiasaanmu dan mulai perbaiki.
6. Jangan biarkan kritik menjatuhkan harga dirimu
Salah satu kesalahan terbesar saat menerima kritik adalah menganggap bahwa kritikan terhadap perilaku atau karya kita = kritikan terhadap diri kita secara keseluruhan. Padahal itu dua hal yang berbeda.
Kalau seseorang bilang, “Tugas kamu kali ini kurang rapi,” itu bukan berarti dia bilang kamu orang yang payah. Dia hanya mengomentari satu aspek dari pekerjaanmu. Belajar memisahkan antara “aku sebagai individu” dan “apa yang aku kerjakan” akan sangat membantu kamu buat tetap waras saat dikritik.
7. Diskusi kalau perlu
Kalau kritiknya nggak jelas atau kamu merasa ada kesalahpahaman, nggak apa-apa kok buat ngajak ngobrol baik-baik. Tapi ingat, diskusi ya, bukan debat. Tanyakan maksud dari kritik itu, dan sampaikan juga sudut pandangmu. Kadang dari diskusi malah muncul solusi yang nggak kepikiran sebelumnya.
Contohnya: “Aku pengin ngerti lebih lanjut soal masukan kamu kemarin. Bagian mana ya yang menurutmu perlu aku perbaiki?” Dengan begitu, kamu juga kasih sinyal bahwa kamu terbuka dan pengin berkembang.
8. Jadikan kritik sebagai bahan bakar untuk maju
Kalau kamu tahu cara mengelola kritik, itu bisa jadi semacam “bensin” buat perjalananmu. Kritik bisa bikin kamu refleksi, memperbaiki, dan melesat lebih jauh. Banyak tokoh-tokoh sukses yang justru naik level karena mereka menerima kritik dengan sikap terbuka.
Contohnya? Penulis besar, musisi, pebisnis, bahkan guru dan dosen sekalipun, semua pasti pernah dikritik. Tapi bedanya, mereka memilih belajar dari kritik itu, bukan menyerah atau marah.
9. Jaga mental dan tetap positif
Terakhir, jangan lupa rawat kesehatan mentalmu. Jangan sampai terlalu sering terpapar kritik bikin kamu jadi nggak percaya diri atau trauma. Kalau kamu udah mencoba membuka diri dan tetap nggak dihargai, nggak salah kok untuk menjaga jarak dari sumber yang toxic.
Kritik yang sehat seharusnya membangun, bukan merusak mental. Kalau ada yang komentarnya terlalu personal, menghina, atau menyerang, kamu berhak untuk melindungi diri. Ingat, kamu boleh tumbuh, tapi kamu juga harus bahagia.
Penutup: Kritik adalah teman belajar yang menyamar
Jadi, intinya, kritik itu bukan musuh. Dia cuma teman belajar yang nyamar dalam bentuk komentar (kadang pedas). Kalau kita bisa melihatnya dari sisi yang positif, justru kita akan tumbuh jadi pribadi yang lebih kuat dan bijak.
Kritik yang baik akan membawamu lebih dekat ke versi terbaik dari dirimu sendiri. Dan menghadapi kritik dengan sikap positif bukan cuma soal jadi dewasa, tapi juga soal belajar mencintai proses berkembang, dengan segala lika-likunya.
Nggak perlu takut dikritik. Karena setiap orang hebat, pasti pernah merasa nggak enak hati gara-gara komentar orang lain. Tapi mereka tetap jalan. Mereka tetap belajar. Dan akhirnya, mereka tumbuh jadi pribadi yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar